}


Wayang-wayangan Brandon


Cerita: Novi Simanjuntak/Illustrasi: Riskan
 
Brenda sedang bersemangat mempersiapkan acara rutinnya tiap bulan.  Ya, setiap Sabtu minggu keempat, Brenda biasanya menggelar acara dongeng di halaman rumahnya.   Dan sekarang sudah hari Kamis.  Itu artinya sudah waktunya Brenda mempersiapkan acara tersebut.
 “Maa..!! Lihat boneka-boneka Brenda, gaakk??” tanya Brenda setengah berteriak dari kamarnya. 
Brenda memang selalu menggunakan bantuan boneka-bonekanya untuk mendongeng.  Namun kali ini boneka-bonekanya tidak ada di tempat biasa.
“Nggaak!!”  Mama menjawab dari dapur.   “Mungkin Bibi Sum yang pindahkaann..!!”
Aduh, Bibi ‘kan masih di Jogja, pikir Brenda. 
Minggu lalu Bibi Sum, pembantu Brenda, sudah mudik ke Jogja. Bibi Sum memang membersihkan kamarnya sebelum berangkat. 
Berarti sudah seminggu boneka-boneka itu tidak tertumpuk di sudut kamarnya.  Brenda tidak sadar sama sekali.
Dengan gusar Brenda mendatangi Mama ke dapur.  “Pinjem hape deh, Ma.”
“Gak usah telepon Bibi,” cegah Mama saat Brenda mencoba menghubungi Bibi Sum, “Gak akan aktif.”
“Makanya punya barang ‘tuh disimpen rapi.  Barang udah ilang seminggu kok, baru sadar sekarang?”  lanjut Mama menyalahkan Brenda. 
“Ah, Bibi gimana sih?” gerutu Brenda. Ia segera meninggalkan Mama supaya omelan Mama tidak menjadi panjang lebar.
Mata Brenda menyapu ruangan, masih berusaha menemukan bonekanya.  Tiba-tiba mata Brenda terusik dengan aktivitas Brandon.  Ia mendekati adiknya yang sedang serius menggunting-gunting majalah.
Brenda terkejut.  Benar saja, Brandon sedang menggunting beberapa majalah dan beberapa di antaranya adalah majalah remajanya! 
“Brandoooon..!!!” jerit Brenda dengan mata terbelalak. “Siapa yang ngijinin kamu ngegunting majalah kakaaak..??”
Brandon kaget dan mulai menangis.  Dari dapur Mama datang tergopoh-gopoh menghampiri mereka.
“Kenapa Kak?  Kok jerit-jerit?” tanya Mama bingung sambil memeluk Brandon yang menangis makin kencang.
“Ini, Ma,” Brenda menunjukan majalahnya yang sudah tergunting-gunting.  “Brandon ngerusak majalah Brenda.”
“Emangnya masih kamu pakai?  Mama yang ngijinin Brandon.  Ada tugas keterampilan dari guru TK-nya.  Kata Brandon disuruh bawa gambar-gambar orang , hewan dan tumbuhan.”
“Majalah yang ada poster-posternya masih dipake,Ma.  Brenda sengaja ngoleksi.”  Mata Brenda mulai merah menahan tangis. 
“Ya sudah.  Mama minta maaf deh.  Kirain udah gak dipake.” 
Mama membereskan sisa-sisa guntingan kertas.  “Ayo Brandon, kalau sudah bereskan kembali.  Gambar-gambarnya sudah lengkap, belum?”
Brandon mengangguk sambil terisak,  Tangannya sibuk mengelap air mata dan ingusnya.
---0---
Brenda semakin gelisah.  Sekarang sudah hari Jumat siang.  Cerita dongeng sudah dia siapkan.  Tetapi boneka-boneka dongengnya belum juga dia temukan.  Kalau dia nekat mendongeng tanpa boneka, pasti tidak seru.  Lagipula penonton-penonton cilik itu sudah mengumpulkan iuran tiga ribu rupiah tiap bulan.  Pasti mereka berharap sesuatu yang baru besok.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu membuyarkan lamunan Brenda.
“Masuk aja, Dek,” kata Brenda sebelum dia melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Brenda kenal betul cara Brandon mengetuk pintu
Brandon membuka pintu perlahan.  Tangannya tampak menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.
“Kak, Brandon minta maaf ya udah guntingin majalah kakak,” katanya takut-takut.
Brenda tidak menjawab. 
“Sebagai gantinya…” Brandon menunjukkan barang dari balik punggungnya, ”Brandon mau ngasih kakak wayang-wayangan yang tadi Brandon buat di sekolah…”
Wow!  Mata Brenda takjub melihat wayang-wayangan kertas yang dibawa Brandon.  Ada wayang Harry Potter, ada wayang Dicky-Smash kesukaan Brenda, ada wayang domba Shaun The Sheep dan beberapa wayang lain. 
“Makasih, Dek,” Brenda menerima wayang-wayangan Brandon terharu.  Ternyata untuk ini Brandon menggunting majalah-majalahnya kemarin.
Saat Brenda mencoba memainkannya tiba-tiba ia punya ide untuk acara dongeng besok.
---0---
Dung tak-tak!! Dung tak-tak!!
“Ya, judul dongeng hari ini adalah…”
Brenda beraksi mengeluarkan wayang-wayangnya.
“Harry Potter mencuri domba Dicky Smash!!”
Dung tak-tak!! Dung tak-tak!!
Penonton-penonton cilik bertepuk tangan melihat boneka-boneka dongeng yang unik.  Mereka sudah tak sabar mendengar Brenda mendongeng. 
Di antara penonton-penonton tersebut duduk si pembuat wayang kertas.  Dia pun antusias melihat kakaknya beraksi.